Beritakoperasi, Jakarta - Setiap orang ingin mencari pertolongan ketika apapun masalahnya. Orang biasanya akan meminta pertolongan pada orang terdekat. Orang tua, suadara, teman, tetangga, atasan di kantor, teman kerja atau organisasi, konsultan, psikolog, dokter, bank, rentenir atau siapapun yang dikenal. Bahkan kepada siapapun melalui media sosial atau platform pertolongan umum. Semua permintaan pertolongan itu ditujukan pada orang lain.
Mungkin saja ada yang peduli. Terutama orang orang terdekat. Menolong dari jerat utang yang melilit, mendapatkan uang makan saat tak punya uang sama, bayaran sekolah anakmu, dari rasa sakit, menganggur dan kesulitan yang melilit apapun itu.
Sesaat masalah jangka pendek mungkin terselesaikan. Pertolongan jangka panjang didapat dengan mendapatkan pekerjaan, pinjaman modal untuk memulai bisnis, mendapat solusi masalah masalah serius seperti soal hukum, kesehatan dan lain sebagainya.
Tapi tidak semua pertolongan itu akan membantumu untuk mendapatkan solusi yang sungguh sungguh selesaikan masalahmu. Bank dan rentenir yang menolong akan datang menagih. Orang yang memberi pinjaman uang akan datang menagih. Tidak semua pertolongan gratis. Andaikan ada yang memberikanya secara gratis itu karema belas kasih.
Siapapun mereka yang akan datang menolong itu pasti punya keterbatasan. Mereka menolong karena kebaikan hatinya untuk merelakan yang mereka punya atau karena mengharap sesuatu kembali. Bahkan akan datang mencekik. Sebut saja utang dengan bunga yang tinggi seperti rentenir.
Hingga satu saat, dunia ini menjadi sangat kejam. Ketika pertolongan sudah tak ada lagi yang datang menolong. Mereka mungkin sudah jenuh atau bahkan jengkel karena permintaan pertolongan orang lain. Bisa jadi mereka juga marah karena seseorang tak komitmen dengan janji untuk mengembalikan uang pinjamanya.
Kenyataan di atas sesungguhnya mengajarkan pada kita. Sesungguhmya pertologan orang lain itu ada batasnya. Pertolongan itu juga tak semua gratis. Pertolongan itu sementara. Hal penting lainnya bahwa, semua itu tak dapat diandalkan.
Hal terpenting yang akan mampu menolong secara permamen itu sesungguhnya adalah diri sendiri. Bukan orang lain. Bahkan orang lain yang menolong justru akan datang menjadi tambahan beban hidup kelak di kemudian hari.
Cobalah lihat, ketika mereka yang berutang uang pada bank, atau bahkan rentenir. Mereka tak hanya akan menagih tapi bahkan menyita apapun yang dimiliki. Mereka akan datang dengan perhitungan yang berlipat lipat.
Jalan terbaik adalah mustinya seseorang mampu mengatur pengeluaran dan pemasukan sendiri. Bukan meminta pertolongan pada orang lain. Sebab itu menolong diri sendiri sangat penting. Jika sering terbelit utang maka sebaiknya biasakan dengan menabung.
Berapapun pendapatan kita semestinya disisihkan untuk ditabung. Bukan soal besar atau kecil uang yang ditabung, tapi itulah yang namanya disiplin diri. Disiplin menabung adalah yang akan mampu menolong diri di masa datang. Tabungan adalah asuransi masa depan. Seberapapun tabungan itu yang akan menolong kita di masa datang.
Melalui disiplin menabung akan juga memiliki perencanaan yang lebih tertata. Menanam karakter untuk menjadi perencana yang baik. Memiliki kemampuan mental untuk tidak boros dan mengikat dengan kebiasaan menghargai usaha sendiri.
Itu baru soal utang. Bagaimana dengan soal kesehatan?. Tentu akan banyak sekali hal hal yang bergantung pada diri sendiri. Makanan dan minuman sehat adalah asuransi masa depan kita. Agar terhindar dari jahatnya penyakit. Membersihkan lingkungan sekitar bersih dari kuman dan penyakit juga adalah upaya diri sendiri yang akan menolong hidup.
Semua hal di dunia ini berlaku seperti hukum besi. Jika biasa menolong diri sendiri maka akan tumbuh jadi pribadi yang tak hanya kuat, juga menjadi memiliki kapasitas besar bahkan untuk menolong orang lain di lingkungan sekitar.
Peribahasa kuno katakan, yang mampu menolong dirimu sesungguhnya adalah dirimu sendiri. Demikian juga suatu kaum, masyarakat atau bangsa ini. Tak ada yang mampu selamatkan nasibnya kecuali atas usahanya sendiri.
Untuk menjadi pribadi, kaum atau bangsa yang kuat itu juga harus berpijak pada kekuatan dirinya sendiri. Bukan orang lain atau bangsa lain. Jadi baiknya hentikan berharap pada pertolongan orang lain. Jadikanlah diri pribadi dan kekuatan kuta untuk menolong diri sendiri dan juga orang lain. Selamat tahun baru 2023! Damai dan bahagia selalu untuk kita semua!. (Diah S/Beritakoperasi).
Penulis : Suroto (Ketua Akses)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.