Jakarta, Beritakoperasi – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dirancang untuk dapat menggerakan ekonomi nasional sekaligus memperbaiki asupan gizi masyarakat.

Program MBG digadang-gadang menciptakan efek berantai bagi perekonomian nasional, termasuk koperasi yang diproyeksikan mendapat kenaikan Volume Usaha Koperasi (VUK) sebesar Rp28 triliun pada 2025.

Untuk itu, program MBG melibatkan ribuan UMKM dan koperasi sebanyak penyalur bahan baku sehingga roda perekonomian bisa berputar.

Dalam program ini, sebanyak 1.332 koperasi terlibat sebagai supplier bahan baku dengan berbagai komoditas, seperti telur, ikan, susu, daging, dan termasuk tahu dan tempe.

“Koperasi-koperasi sektor produksi di seluruh Indonesia siap men-supply kebutuhan dapur MBG dengan berbagai komoditas seperti beras, ikan, telur, ayam, sayur, susu, daging dan buah-buahan. Termasuk tempe dan tahu,” kata Budi meninjau Rumah Tempe Indonesia dan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Kopti) Bogor, Rabu (15/1/2025).

Khususnya, tempe dan tahu yang dikenal sebagai superfood karena memiliki kandungan gizi yang lengkap sehingga baik bagi pertumbuhan anak-anak.

Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi menyarankan agar Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia (Gakoptindo) dilibatkan dalam memasok produksi tahu tempe dalam program MBG.

Baca juga:  Acara KK NTB X LSTF 2024 Sukses Besar, UMKM NTB Raup Ratusan Juta Rupiah

Untuk merealisasikan kerjasama ini, Menkop akan berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) dalam menjalin kesepakatan dengan Gakoptindo.

“Gakoptindo berkomitmen untuk menyuplai semua kebutuhan tahu dan tempe dalam program MBG ini. Jadi kita akan mencoba membantu untuk segera ada MoU, nanti kita ajak Gakoptindo ketemu dengan (Kepala Badan Gizi Nasional/BGN) Dadan Hindayana,” ujar Menkop.

Selain menyatakan keikutsertaan dalam program MBG, Menkop juga turut mengapresiasi upaya dari Rumah Tempe Indonesia dan Gakoptindo yang telah melakukan diversifikasi produk berbasis tempe, seperti keripik tempe, cookies, dan nugget.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik tahun 2023 rata-rata konsumsi tempe per kapita per tahun sebesar 7,3 kg. Sedangkan, konsumsi tahu per kapita per tahun adalah sebesar 7,7 kg.

“Perputaran bisnis di Indonesia bisa sampai Rp75 triliun dan bisa menghidupkan hingga 600.000 perajin, ini adalah potensi ekonomi yang luar biasa untuk terus dikembangkan,” ucap Budi Arie.

Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Ujang Komarudin, menyebut program ini harus menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi, terutama di pedesaan melalui koperasi.

Baca juga:  10 Koperasi di Badung Raih Sertifikat Koperasi Sehat

“Program MBG ini kami harapkan bisa menggerakkan pertumbuhan ekonomi di desa melalui koperasi,” kata Ujang.

Senada dengan itu, Sekretaris Jenderal Gakoptindo, Hugo Siswaya, mengapresiasi dukungan pemerintah. Ia optimistis bahwa perajin tempe di bawah naungan koperasi dapat memenuhi kebutuhan program MBG, khususnya di wilayah Jabodetabek dan kota-kota besar lain.

“Kita harap tempe dan tahu bisa menjadi pilihan utama pada program MBG karena kandungan gizi didalamnya yang luar biasa. Kita ingin pengrajin tempe bisa mendukung dalam program ini yang paling dekat adalah untuk memenuhi kebutuhan dari SPPG,” tuturnya. (IT/Beritakoperasi)