Jakarta, Beritakoperasi – Pemerintah Prabowo-Gibran menghadapi tantangan besar untuk menjaga dan meningkatkan ekonomi nasional dalam upaya mencapai visi Indonesia Maju 2045.

Koperasi menjadi salah satu sektor kunci yang perlu diperkuat, meskipun kontribusinya terhadap PDB nasional masih rendah, hanya sekitar 1,07% pada tahun 2021.

Sebagian besar koperasi saat ini masih didominasi oleh usaha simpan pinjam, yang menunjukan perlunya diversifikasi. Data terbaru dari Deputi Bidang Perkoperasian Kemenkop UKM, Ahmad Zabadi, presentasi koperasi di Indonesia didominasi oleh sektor simpan pinjam yaitu 60 hingga 70%, dibandingkan dengan sektor riil kurang dari  30%.

Dr. Syahnan Phalipi, pakar ekonomi UMKM dan koperasi, menekankan bahwa penguatan koperasi harus dipimpin oleh orang yang benar-benar paham tentang koperasi, karena ini membutuhkan perjuangan besar. 

“Penguatan koperasi harus diisi oleh orang yang paham tentang koperasi dan apa yang harus diperjuangkan karena penguatan badan usaha koperasi saat ini butuh perjuangan besar,” ujar Dr. Syahnan Phalipi, pakar ekonomi UMKM dan koperasi, di Jakarta, Kamis (10/10).

Baca juga:  Didik Masyarakat Berkoperasi KMDM Dan RRI Pro 1 Padang Bikin Program Zona Edukasi Ruang Entrepreneur

Menurutnya, UMKM dan koperasi memainkan peran penting dalam ekonomi nasional, dengan kontribusi mencapai 62% dari total pelaku usaha di Indonesia. 

“Pelaku UMKM dan koperasi sudah memegang peran strategis dengan kontribusi mencapai 62% dari total pelaku usaha di Indonesia. Ini sangat penting dan harus dikelola oleh orang yang benar-benar paham,”

Syahnan juga menyoroti pentingnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 7-8% untuk mencapai target pendapatan per kapita di atas USD 10.000.

“Untuk menuju status negara maju, Indonesia perlu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dari 5% saat ini menjadi sekitar 7-8%,” jelasnya.

Untuk menangani tantangan ini, Kementerian Koperasi dan UKM diharapkan dapat berperan strategis dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, sehingga Indonesia bisa terbebas dari jebakan pendapatan menengah (middle-income trap) dan mencapai visi Indonesia Emas 2045. (IT/Beritakoperasi)