BERITAKOPERASI, PURWOKERTO – Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki mendukung pembentukan Koperasi Pemasaran Jahema Bonsai Sejahtera oleh Perkumpulan Penggemar Bonsai Indonesia (PPBI). Dalam Musyawarah Nasional (Munas) PPBI Ke-X Tahun 2023 bertema
“Mewujudkan Jati Diri Seni Bonsai Indonesia Melalui Digitalisasi PPBI” di Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (4/11/2023), Teten berharap koperasi tersebut dapat semakin memperkuat ekspor bonsai di Indonesia.
"PPBI adalah salah satu organisasi hobi yang cukup tua, yakni mencapai 44 tahun. Mengelola sebuah organisasi untuk periode waktu panjang agar tetap eksis dan tumbuh bukan hal mudah. Ini bisa menjadi modal sosial untuk ditumbuhkembangkan bahwa bonsai bukan sekadar hobi atau karya seni, tetapi juga punya nilai ekonomi yang luar biasa," ujar Teten dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (6/11/2023). Teten menambahkan, Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) yang tak diragukan lagi.
Bahan baku yang tersedia di dalam negeri pun melimpah. Tak hanya itu, Teten juga menilai bahwa masyarakat Indonesia memiliki jiwa seni yang luar biasa. Menurutnya, kolaborasi antara kemampuan seni dan SDA yang baik dapat menciptakan kekuatan ekonomi kreatif yang besar. Untuk diketahui, banyak negara saat ini melihat ekonomi kreatif sebagai alternatif dari ekonomi konvensional, seperti industri keuangan.
Pada 2022, kontribusi ekonomi kreatif terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp 1.134,9 triliun. Sementara, berdasarkan The Global Bonsai Market 2022, pasar ekonomi bonsai di dunia mencapai 9,4 miliar dollar Amerika Serikat (AS) dan diperkirakan akan terus meningkat. Indonesia sendiri merupakan salah satu negara di Asia Pasifik yang memimpin pasar bonsai di kancah internasional.
"Industri ini (bonsai) rantai pasok yang tercipta dari UMKM akan semakin banyak, salah satunya dari bahan baku bonsai. Sebab, ia tumbuh tak lagi dari alam saja, tetapi ada upaya budi daya. Kemudian, pot, perawatan, dan kebutuhan lain juga akan meningkat.
Pembangunan ekosistem bonsai diharapkan akan betul-betul menciptakan lapangan kerja baru," ucapnya. Menilik potensi tersebut, Teten pun ingin agar perkembangan industri bonsai dapat dilihat sebagai suatu peluang. Baik masyarakat maupun pemerintah harus bisa menjadikan seni bonsai sebagai komoditas peluang ekonomi yang memiliki potensi untuk dibesarkan.
“Ekonomi sirkuler yang tercipta dengan bergabung dalam koperasi pun semakin menumbuhkan ekonomi kreatif," kata Teten. Manfaat digitalisasi Untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi dari sektor tanaman bonsai, Teten mengimbau kepada Koperasi Jahema Bonsai Sejahtera agar dapat memanfaatkan digitalisasi.
Hal tersebut diperlukan agar perdagangan bonsai dapat dikelola dengan profesional melalui model bisnis yang baik sekaligus membantu upaya perluasan pasar di dalam dan luar negeri. Tercatat, pertumbuhan bisnis bonsai dapat semakin berkembang secara signifikan jika memanfaatkan toko online (e-commerce) yang menerapkan pemasaran digital dan transaksi nirsentuh. Ia menambahkan, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM) akan melakukan sejumlah upaya demi memperkuat ekosistem usaha bonsai di Tanah Air. Upaya itu, mulai dari pendampingan, pembentukan, dan pengembangan koperasi, pengembangan bisnis model, menghubungkan dengan berbagai mitra dan market, hingga pembiayaan untuk koperasi-koperasi potensial melalui Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM).
"Pertanyaannya, apa bisa ekspor? Tentu bisa. Hanya saja, masih ada kendala terkait izin ekspor dan kekarantinaan. Kebetulan, seiring adanya reformasi internal, pemerintah telah membentuk Badan Karantina Pertanian. Ada juga peran Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK). Hobi itu harus tumbuh marketnya, supaya tidak stagnan,” tutur Teten. Lewat lembaga tersebut, kebutuhan koperasi dalam ekspor bonsai diharapkan bisa diarahkan dengan baik Teten juga berharap, kegiatan Musyawarah Nasional (Munas) Ke-X PPBI dapat berjalan lancar dan memberikan kontribusi besar terhadap kesejahteraan pelaku UMKM sekaligus memajukan ekonomi kreatif dan ekonomi bonsai di Tanah Air. Sementara itu, Ketua Umum PPBI Erwin Lismar menjelaskan bahwa PPBI tidak bisa tumbuh dengan baik tanpa dukungan dari pemerintah. Oleh karena itu, pihaknya terus menjalin hubungan baik dengan Kemenkop UKM dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
"Di bawah kedua kementerian itu, PBBI dapat berkembang dengan pesat. kami dengan dunia internasional sudah sejajar. Ke depan, seni bonsai Indonesia diharapkan bisa menjadi kiblat dunia," ucapnya. Pada Munas sekaligus Pameran Nasional Bonsai, lanjut Erwin, PBBI menampilkan 1.757 pot tanaman bonsai kelas dunia dengan standar kualitas internasional. Acara tersebut juga melibatkan 250 cabang PPBI di seluruh Indonesia. Selain itu, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan pebonsai dan seni bonsai, pihak PBBI juga melibatkan pelaku usaha mikro kecil dan menengah dalam pembentukan Koperasi Pemasaran Jahema Bonsai Sejahtera. "Ini kesempatan bagi masyarakat untuk bisa menikmati bonsai pilihan sebagai karya seni anak bangsa. Sebab, hobi dan industri bonsai tak main-main. Harga paling tinggi di pameran ini mencapai kisaran Rp 2 miliar dan ini sangat fantastis. Pasar bonsai merupakan industri yang sangat potensial," kata Erwin. (Beritakoperasi/Mega)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.