Beritakoperasi, Jawa Tengah – Perempuan Indonesia masih banyak yang belum beruntung, karena faktor ekonomi keluarga masih banyak dari mereka yang harus mengadu nasib di luar negari, berpisah dengan keluarganya. 

Di lain pihak ada sekitar 7 jutaan perempuan Indonesia yang menjadi kepala keluarga dan masih hidup di bawah garis kemiskinan. Tentu hal ini harus menjadi perhatian kita bersama untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Koperasi perempuan bisa menjadi solusi bagi problem tersebut, tulisan ini akan mengupas bagaimana peran koperasi perempuan dalam mengurangi kerentanan ekonomi mereka.

 

Dikutip dari Kompasiana, Sebuah survey yang dilakukan terhadap 600 responden yang terdiri dari praktisi koperasi, LSM, akademisi dan pekerja pemerintah di Eropa, Asia, Amerika utara, Afrika, Amerika tengah dan utara, dan Timur Tengah oleh International Labor organization (ILO) bekerja sama dengan International cooperative Alliance (ICA) bulan Maret 2015 ini menunjukkan bahwa 75% responden merasakan partisipasi perempuan dalam berkoperasi naik dalam kurun 20 tahun terakhir.

Temuan lain yang menarik dari survey tersebut adalah bahwa koperasi oleh 80% respondennya dianggap lebih baik dibandingkan organisasi bisnis perseorangan ataupun bisnis publik dalam meningkatkan kesetaraan gender (advancing gender equality), selain itu survey juga menunjukan bahwa dua per tiga responden merasakan kesempatan perempuan terlibat dalam kepengurusan dan manajemen koperasi adalah hal yang penting dalam feature sebuah koperasi.

Baca juga:  Rakerwil Dekopinwil Jatim : Ketum Dekopin, Sri Untari Perjuangkan Transaksi Simpan Pinjam Koperasi Bukan Objek Pajak

Dari survey tersebut juga tergambarkan juga bahwa 50% responden merasakan bahwa pendidikan dan pelatihan anggota adalah sesuatu yang vital dalam meningkatkan keterampilan mereka (cicopa.coop).

Dari survey tersebut kita bisa mengambil kesimpulan bahwa eksistensi koperasi di belahan dunia telah mengambil peran signifikan dalam peberdayaan perempuan, mengingat perempuan dalam ekonomi adalah sosok yang sangat rentan (vulnerable) jatuh ke garis kemiskinan. Lebih setengah orang miskin di dunia adalah perempuan. Ada sejumlah sebab kenapa perempuan lebih rentan terhadap kemiskinan.

 

BACA JUGA : Mencari Keadilan Atas Kematian Kakanya Yang Diduga Disiksa Polisi, Istri Polisi Ini Malah Ditangkap

Cawthorne (2008) menjelaskan setidaknya ada beberapa alasan, seperti: perempuan dibayar lebih rendah daripada laki-laki walaupun memeliki kualifikasi dan jam kerja yang sama, perempuan lebih banyak menghabiskan waktu untuk kerja tak berbayar seperti merawat anak, perempuan lebih banyak terbebani biaya membesarkan anak, efek melahirkan pada perempuan sehingga kehilangan produktifitasnya, juga kekerasan domestik maupun seksual yang kerap dihadapi perempuan.

 

Baca juga:  Menteri Teten Luncurkan Koperasi Multi Pihak Berbasis Ekosistem Digital Pertama di Indonesia

Koperasi menjadi kendaraan yang efektif dalam pemberdayaan perempuan di seluruh dunia karena dalam operasionalnya koperasi didasari oleh 7 prinsip yang mampu memberikan kesempatan yang lebih tinggi kepada perempuan untuk lebih mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Prinsip koperasi seperti: kemandirian, pendidikan dan latihan serta pengelolaan yang demokratis mendorong partisipasi perempuan yang lebih tinggi dalam melakukan pengembangan diri (self-empowerment) dan mengurangi ketergantungannnya terhadap pihak lain. 

 

Seperti halnya Kopsyah Arasy Wukir Jaladri yang berkantor pusat di Jl.Bhayangkara blok B8 Perum Ledug Purnawira, Kembaran, Banyumas ini, selalu mengutamakan prinsip dasar koperasi dan memberikan wadah serta ruang kepada para perempuan dari berbagai kalangan yang ingin berinovasi dan berbisnis.

Slogan Berdaya dan Makmur Bersama, bertujuan untuk membawa para anggota terutama perempuan, mencapai kesejahteraan yang diimpikan demi mencapai ekonomi yang stabil dan seimbang. (Beritakoperasi/Sefi)