Beritakoperasi, Tabalong – Perkembangan koperasi pada generasi muda tahun 2022 seperti luput dari pantuan pelaku koperasi nasional. Koperasi yang beranggotakan mahasiswa di kampus akhir-akhir ini jarang disorot. Potret Koperasi Mahasiswa atau Kopma memang seakan meredup dalam pergulatan koperasi Indonesia.
Hardi Pramana Putra, seorang pendamping koperasi (PPKL) yang juga akademisi STIT Syekh Nafis Tabalong menaruh harapan besar pada Kopma untuk menjadi media mengkoperasikan anak muda.
Baca juga :
- Catatan Koperasi Akhir Tahun, Virtuous Setyaka
- Catatan Akhir Tahun Koperasi Indonesia, Dr Tedy Dirhamsyah
- Catatan Akhir Tahun Suroto
”Koperasi mengalami pegeseran dalam kehidupan civitas akademika, koperasi sering dikaitkan dengan kegiatan unit kegiatan mahasiswa dalam hal ini Kopma, sayangnya hari ini Kopma kita ketahui hanya menjalakan usaha ATK, atribut almamater, toko mini market dan percetakan, bahkan hanya mempelajari teori dan sedikit belajar tentang best practise berkoperasi” ujar Hardi membuka catatan tentang koperasi di akhir tahun 2022 ini.
”Di kehidupan kampus mata kuliah koperasi tidak semua diajarkan di setiap Kampus sehingga mengurangi minat mahasiswa untuk mempelajari koperasi sebagai basic ilmu. Seyogyanya kampus bisa lebih memberikan pengetahuan koperasi juga mengajarkan setiap mahasiswa untuk menjadi sosial entrepreneur melalui koperasi” tegas Hardi.
”Kopma haruslah mengambil peran sebagai pusat recuitment generasi milenial berkoperasi. Regenerasi mahasiswa sebagai kader calon anggota koperasi yang memahami tanggung Jawab dan haknya sebagai owner koperasi. Kopma harusnya melakukan fungsi memberikan pendidikan koperasi kepada mahasiswa” terang Hardi yang juga bagian dari Warko.id dan Koperasi Wakaf Indonesia.
”Kopma hendaknya memberikan pengetahuan bahwa anggota koperasi sebagai pemilik, pengguna jasa dan pengendali atau controller” ujarnya lagi.
Menurut Hardi pendidikan dasar anggota dan webinar seminar perkoperasian cukup ampuh dalam menggaet minat potensi milenial Gen Z masuk dalam Ekosistem koperasi, akan tetapi harus dibekali dengan program-program jangka panjang.
Ia juga berpendapat perlunya mengajarkan renstra mahasiswa setelah lulus. ”Agar ketika mahasiswa yang lulus akan tetap berkhidmat di dunia koperasi, dan tidak mencari pekerjaan di perusahaan korporat yang justru tidak demokrastis terkesan jauh dari nilai-nilai, jati diri dan harapan koperasi yang memanusiakan manusia” tegasnya lagi.
Ia sepakat dengan tokoh nasional koperasi, Suroto yang menyatakan koperasi merupakan perusahaan masa depan.
”Koperasi adalah perusahaan masa depan dan anak muda adalah keniscayaan masa depan yang tentu akan menjadi aktivis dan cendekiawan di masa depan. Agar koperasi terus eksis maka koperasi perlu mendidik anak muda menyiapkan masa depan agar tidak menjadi pengangguran-pengangguran intelektual” ujar Hardi lagi.
Menutup catatannya ia berharap kampus-kampus mendorong berkembangnya Kopma untuk menjadi jawaban majunya koperasi masa depan yang ditopang anak-anak muda saat ini. (Diah/Beritakoperasi)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.