Kondisi Global Makin Ngeri, Wamenkeu: Suku Bunga The Fed Sulit Turun

Beritakoperasi, Purwokerto - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapan bahwa kondisi global saat ini menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Mulai dari makin sulit turunnya kebijakan suku bunga acuan bank sentral global hingga potensi kenaikan harga-harga komoditas akibat perang di berbagai wilayah dunia.

Kondisi Global Makin Ngeri, Wamenkeu: Suku Bunga The Fed Sulit Turun
Foto: Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara saat konferensi pers APBN KiTa di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (25/3/2022).

Beritakoperasi, Purwokerto - Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengungkapan bahwa kondisi global saat ini menjadi perhatian serius pemerintah Indonesia. Mulai dari makin sulit turunnya kebijakan suku bunga acuan bank sentral global hingga potensi kenaikan harga-harga komoditas akibat perang di berbagai wilayah dunia.

 

"Bagaimanapun perekonomian Indonesia tidak bisa lepas dari kondisi yang terjadi di seluruh dunia," kata Suahasil dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2024, Kamis (18/4/2024).


Suahasil mengatakan, potensi kebijakan suku bunga acuan bank sentral yang masih akan sulit turun. Ini tercermin dari arah kebijakan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, yakni The Federal Reserve yang masih akan tinggi dalam waktu panjang, dan tidak akan turun dalam waktu dekat sebagaimana prediksi awal pada semester II tahun ini.

 

BACA JUGA: https://beritakoperasi.com/panas-perang-iran-israel-pemerintah-ungkap-nasib-wni


Menurut Suahasil, suku bunga acuan The Fed, yakni Fed Fund Rate tidak akan turun dalam waktu dekat karena data inflasi atau kenaikan harga-harga di AS masih belum mencapai ke sasaran target mereka. Sebagaimana diketahui, target inflasi di AS menurut The Fed ialah di kisaran 2%, namun saat ini masih bergerak di level atas 3%.


"Karena itu kalau beberapa bulan lalu kita harapkan suku bunga AS sudah akan turun sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu yang terlalu dekat," ucap Suahasil.


Masih tingginya suku bunga acuan bank sentral AS itu, menurut Suahasil, akan menyebabkan arus modal akan keluar dari negara-negara emerging market ke AS, menyebabkan sulitnya memperoleh aliran modal saat ini. Padahal, aliran modal itu dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas di pasar keuangan.

 

BACA JUGA: https://beritakoperasi.com/konflik-iran-israel-bikin-harga-minyak-naik-as-ikut-was-was


"Karena itu akan terjadi situasi yang sepertinya suku bunga AS masih tinggi, modal di tingkat global masih akan mengalir ke AS, artinya kita masih harus jaga berbagai macam kondisi volatilitas yang terjadi di dunia," tegasnya.


Semakin sulitnya mencari aliran modal asing dan stabilitas perekonomian itu, dia tekankan diperburuk dengan perlambatan ekonomi di China dan Eropa, serta memburuknya tensi perang di kawasan Timur Tengah, akibat munculnya serangan rudal Iran ke Israel pada Sabtu lalu. Akan membuat arus perdagangan global melambat dan mengganggu stabilitas finansial.


"Dan ini tentu kita harus perhatikan karena belakangan terjadi konflik antara negara-negara di Timur Tengah. Konflik Israel dan Iran kita perhatikan dengan sangat serius dan kita harap tidak terjadi eskalasi berlebihan sehingga ganggu perdagangan dunia ganggu sektor keuangan finansial," tegas Suahasil. (Beritakoperasi/Izul)