Jakarta, Beritakoperasi – Perkembangan teknologi semakin maju dengan hadirnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/ AI).

AI memberikan kemudahan pada manusia dalam mengerjakan sebuah perintah. Oleh karena, kemampuan AI mulai digunakan oleh perusahaan karena dapat menghemat biaya produksi sekaligus mendapat hasil yang optimal.

Disisi lain, penggunaan AI dapat menimbulkan badai pengangguran. kecerdasan buatan (AI), menyebabkan perusahaan-perusahaan besar mengurangi kebutuhan tenaga kerja di industri manufaktur untuk efisiensi biaya. Hal ini dapat berpotensi menyebabkan peningkatan pengangguran di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Kasus ini juga dapat berpengaruh buruk pada operasional usaha mikro.

Untuk menanggulangi masalah deindustrialisasi yang sedang terjadi ini, Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) gencar melakukan roadshow ke berbagai perguruan tinggi untuk mengkampanyekan program Entrepreneur Hub.

Program Entrepreneur Hub ini bertujuan untuk menciptakan wirausahawan muda dari kalangan mahasiswa. Program ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada lapangan kerja tradisional dengan mendorong mahasiswa untuk menciptakan lapangan kerja dan sumber ekonomi baru melalui kewirausahaan.

Program Entrepreneur Hub ini diharapkan bisa menjadi titik awal bagi bagi pemerintah untuk mendorong penciptaan entrepreneur baru dan sumber ekonomi baru berbasis kampus.

Baca juga:  Bakso Girimarto, Cita Rasa Wonogiri Juara Tetelan Hadir di Purwokerto

“Kita harus melahirkan entrepreneur baru sebab kita punya banyak potensi. Program penciptaan entrepreneur ini di banyak negara tercipta karena by design bukan by accident,” kata MenKopUKM Teten Masduki dalam sambutannya pada acara Entrepreneur Hub Go To Campus di Universitas Warmadewa di Bali, Selasa (03/09).

Untuk merealisasikan program ini, KemenKopUKM menggandeng perguruan tinggi untuk mengembangkan wirausahawan muda yang terdidik dan memiliki daya saing tinggi. Kampus diharapkan bisa menyediakan dukungan berupa pendampingan, inkubasi bisnis, dan integrasi kewirausahaan dalam kurikulum.

Teten juga mengungkapkan bahwa program ini memungkinkan mahasiswa mengubah tugas akhir, tidak lagi berupa karya tulis melainkan bentuk nyata dari bisnis yang telah dirintis.

“Kami konsern menggandeng kampus-kampus dengan program ini untuk melahirkan entrepreneur baru sebagai sumber ekonomi baru sebab hasil riset menunjukkan bahwa 75 persen anak muda ingin jadi pengusaha,” kata MenKopUKM Teten Masduki.

Selain itu, program ini sejalan dengan target pemerintah untuk meningkatkan pendapatan per kapita Indonesia sebesar 30.300 dolar AS di tahun 2045 dari posisi saat ini yang berada di level 4.191 dolar AS per kapita per tahun sesuai data yang dicanangkan Bappenas.

Baca juga:  Indonesia–Malaysia Sepakati Kerja Sama untuk Koperasi dan UMKM

“Nah bagaimana kita bisa mencapai itu apabila level usaha kita masih didominasi sektor mikro,” kata Menteri Teten. 

Menteri Teten Masduki mengapresiasi Universitas Warmadewa yang telah mengembangkan program kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib. 

“Saya mengapresiasi Universitas Warmadewa yang sudah mengembangkan program ini. Mulai dari kampus ayo kita lakukan perubahan besar untuk menciptakan entrepenerur baru, sumber ekonomi baru di tengah ketatnya persaingan usaha,” kata Menteri Teten.  

Rektor Universitas Warmadewa,  I Gede Suranaya Pandit, juga mendukung inisiatif ini dan percaya bahwa mahasiswa yang sudah familiar dengan teknologi dan media sosial akan memiliki kekuatan tambahan dalam membangun dan memasarkan usaha mereka.

“Dengan strategi marketing digital yang efektif dan semangat pengembangan usaha di tengah disrupsi akan menjadi kunci sukses bagi mahasiswa atau wirausaha untuk terus berinovasi,” katanya. (IT/Beritakoperasi)