Subang, Beritakoperasi – Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (KemenKop UKM) mengundang para investor untuk mendukung permodalan koperasi produsen, termasuk Koperasi Produsen Gunung Luhur Berkah (GLB) yang berlokasi di Subang, Jawa Barat.

Koperasi GLB yang didirikan pada tahun 2016 ini berfokus pada industri kopi, khususnya kopi Arabika dan Robusta. 

Koperasi ini telah berhasil mengekspor kopi ke beberapa negara, termasuk Arab Saudi, Mesir, Lebanon, dan Amerika Serikat. Dengan sekitar 800 anggota dan lahan kopi seluas 1.200 hektare serta sawah 300 hektare.

Koperasi ini juga berfungsi sebagai agregator untuk perkebunan di Jawa Barat seluas sekitar 200 hektare, dengan rencana penambahan 50 hektare ke depannya.

Sekretaris Kemenkop UKM, Arif Rahman Hakim, saat mengunjungi Koperasi Produsen GLB di Desa Cisalak, Kabupaten Subang pada Minggu (4/8), menegaskan bahwa koperasi produsen memerlukan akses permodalan yang lebih luas untuk dapat meningkatkan skala usaha mereka. 

Arif menyebutkan bahwa meskipun koperasi ini sudah memiliki gudang yang dikelola dengan sistem resi gudang, mereka masih menghadapi masalah permodalan meskipun permintaan pasar sangat tinggi.

Baca juga:  Korporatisasi Berbasis Koperasi sebagai Langkah Menteri Teten bersama BPKP untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

“Ini koperasi yang sangat potensial, yang bahkan sudah punya gudang yang dikelola dengan cara resi gudang, tetapi ada kendala pada permodalan padahal permintaan pasarnya besar,” kata Arif, dikutip dari siaran persnya, Senin.

Menurut Arif, koperasi yang mengelola komoditas kopi memiliki potensi besar untuk berkembang lebih lanjut, baik di dalam maupun di luar negeri.

Hal ini mengingat adanya kepastian pasar baik domestik maupun internasional. Ia menganggap bahwa menjalin kemitraan dengan Koperasi Produsen GLB merupakan langkah yang saling menguntungkan.

Ketua Koperasi GLB, Miftahudin Shaf, menyambut baik dukungan dari Kemenkop UKM. “Alhamdulillah, ini bagus sekali untuk prospek anggota kami terutama untuk mengatasi kendala kami saat ini terkait permodalan guna penambahan kebun agar mencapai target satu orang (petani) minimal menguasai 3 hektare supaya masuk ke skala ekonomi,” kata Miftah.

Ia menjelaskan bahwa investasi awal sebesar Rp65 juta per hektar mencakup seluruh biaya dari bibit hingga panen. Proyeksi menunjukkan bahwa keuntungan akan mulai terlihat setelah dua tahun masa tanam, dengan seluruh modal kembali pada tahun ketiga. Pada tahun ketiga, tahap profit sharing akan dimulai dengan rasio 30:70 untuk investor.

Baca juga:  Koperasi di Siak Buka Peluang Ekonomi Baru dengan Pabrik Minyak Goreng Mini

“Tiap tahun, harga kopi selalu meningkat, tak pernah ada kata turun,” kata Miftahudin.

Miftahudin juga menambahkan bahwa koperasi GLB sudah memiliki mitra offtaker di Mesir (Alpostan Company), Arab Saudi (Al-Sahabh Trading Company dan Abdul Wahid Trading Co), Lebanon (Arc Build/Ghaleb K Faour), serta di Indonesia (PT Perusahaan Perdagangan Indonesia, PT Sulotco Jaya Abadi, dan Mayora). (IT/Beritakoperasi)