Jakarta, Beritakoperasi – Emil Elestianto Dardak, pembicara dalam acara sarasehan peringatan Hari Koperasi ke-77 di Batu menekankan pentingnya koperasi menjaga serta meningkatkan produktivitas bonus demografi sebagai bentuk persiapan diri menghadapi megatren dunia di tahun 2045.

Sebelumnya, Kementerian PPN/Bappenas RI telah merilis visi Indonesia 2045, yang mencakup megatren dunia 2045, meliputi isu-isu penting seperti demografi global, urbanisasi, ekonomi negara berkembang, perdagangan dan keuangan internasional, perubahan iklim, geopolitik, teknologi, persaingan sumber daya alam, serta kelas menengah.

Acara peringatan HarKopNas ke-77 ini diadakan oleh Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) dengan tema “Menghadirkan Regulasi Berjati Diri Memantapkan Bisnis Koperasi Menuju Indonesia Emas.”

Acara tersebut dihadiri oleh Sri Untari sebagai Ketua Umum Dekopin, serta Rasiyo, Subianto, Buat Santoso, dan Slamet Sutanto dari Ketua Dekopinwil Jatim, dan Nanang Abu Hamid selaku Kabid Lemwas Dikop Dan UKM Jatim.

Dalam acara tersebut, Emil menjelaskan bahwa populasi usia produktif yang besar merupakan aset berharga yang akan mendukung perekonomian Indonesia menuju Indonesia Emas pada tahun 2045 dengan memanfaatkan generasi mudah yang produktif.

Baca juga:  Pengembangan Pertanian Modern Berbasis Koperasi di Kalimantan Tengah

Emil mendorong pemuda untuk berkontribusi dalam koperasi dengan meningkatkan literasi digital agar koperasi bisa bersaing dengan platform yang semakin populer. Emil berharap dengan bonus demografi dapat mendukung keberlanjutan koperasi, khususnya di Jawa Timur, melalui digitalisasi dan modernisasi.

Emil mengungkap beberapa keunggulan generasi muda Indonesia, seperti keterampilan dalam teknologi, ketertarikan pada multimedia, keahlian dalam mencari informasi, aktivitas membuat konten digital, serta pendekatan learning by doing.

Keunggulan-keunggulan tersebut dapat berdampak positif pada Indeks Pembangunan Pemuda (IPP), termasuk dalam bidang pendidikan, kesehatan, lapangan pekerjaan, partisipasi, kepemimpinan, dan pengurangan diskriminasi serta kesenjangan gender.

Emil mencatat pergeseran pada konsumsi yang terjadi, dimana generasi milenial dan Z sering mencari informasi produk melalui media sosial. Oleh karena itu, koperasi yang masih beroperasi secara offline harus beradaptasi dengan tren digital ini.

Ia juga menggarisbawahi pentingnya memanfaatkan peluang yang diberikan oleh bonus demografi, karena momen ini jarang terjadi dalam sejarah bangsa. Indonesia mengalami fase bonus demografi ini antara tahun 2020 hingga 2030.

Baca juga:  Teten Masduki: 95 Persen UMKM Indonesia Fokus Bertahan, Bukan Berkompetisi

Sebagai contoh, Emil menyebut Jepang pada 1950, Korea Selatan pada 1970, dan Cina pada 1990 sebagai negara-negara yang berhasil memanfaatkan bonus demografi mereka.

Untuk itu, Emil mendorong peningkatan peran koperasi melalui penguatan regulasi, dukungan teknologi dan infrastruktur, peningkatan kapasitas dan literasi digital, serta memperbanyak kolaborasi dan kemitraan. Selain itu, dukungan terhadap akses keuangan juga perlu diperkuat. (IT/Beritakoperasi)